VIDEO SEX Memek Becek Fanny Bikin Ketagihan
Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek
 menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya
 mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga 
yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang 
sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm,
 badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu
 kurus.
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin 
mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. 
Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada
 sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan 
ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak 
dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya 
terletak seperangkat komputer.
Sebuah lukisan yang indah tergantung di 
dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna 
dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, 
dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana 
semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa 
nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan 
terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas 
yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa 
sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah
 bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang 
telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang
 tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya 
kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian 
kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup 
berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur 
melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu 
tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat 
gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
“Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.
“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. “Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. “Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan 
lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis 
itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah 
kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi 
parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, 
mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat 
berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan,
 tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk 
menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan 
hatinya agak tergetar.
“Kamu bisa ngerti yang baru kakak 
jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata. Fanny
 tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, 
sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya,
 tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan 
lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku 
sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi,
 saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin 
berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut 
mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak 
terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa 
terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang 
lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek 
saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai 
mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di 
atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar 
lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya 
dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, 
perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat 
senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya 
Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu
 apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. 
Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan 
lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku 
genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari 
hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa 
Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya 
bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny 
ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di 
dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, 
dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak 
mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali 
lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya 
melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, 
mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian 
lembut itu.
“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin
 jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu. Udara hangat
 terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh 
keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan 
nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi 
ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua 
kejadian itu.
“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk 
menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku 
dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan 
halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil 
merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia 
merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”, dia mendesah merasakan 
remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak 
kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan 
tersendiri baginya. “Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang 
membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak
 untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di 
tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai 
menegang.
“Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan 
pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai 
basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu
 membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia 
semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk 
mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan 
lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju
 seragamnya, tangannya mencoba menahannya. “Jangan nanti dilihat orang”,
 pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, 
dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna
 coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi 
dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah 
saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei 
putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa 
menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.
“Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan 
mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia 
makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di 
tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin 
besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. 
Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya 
dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, 
membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri 
dadanya.
“Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke 
atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas 
kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” 
membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama 
jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan 
mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium
 bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan 
ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan 
perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda 
yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur
 gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan 
tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, 
dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin 
bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku 
menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. 
“Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda 
terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi
 dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, 
sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah 
semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya 
diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu 
dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak 
tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku 
menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua 
gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum 
pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku 
tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku 
bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin
 melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang
 tergolek pasrah di depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu 
perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan 
seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman 
pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang 
putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah
 diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.
“Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin 
mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya 
semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin 
panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir 
dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, 
kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa 
geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya 
kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan 
menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari 
pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya 
bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada 
gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang 
tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik
 turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana 
yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus 
mempermainkan buah dada gadis itu.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
“Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak 
peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri 
dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih 
mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga 
posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.
“Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny
 melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu,
 tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan 
risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah 
menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium
 bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia 
kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di 
balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat 
hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
“Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan 
untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil
 yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh..
 ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, 
tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih 
mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, 
tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap 
lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan 
pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.
“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli 
dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai 
menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya 
memuncak sampai kepala.
“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.
“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai 
puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana 
dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak 
peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu 
terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di 
depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang 
sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. 
Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di 
tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak 
sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus 
Kak.. ahh.. uhh”.
Vagina yang basah terasa geli dan gatal,
 nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan 
tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang 
keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai 
mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat 
tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk 
bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku
 yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu 
terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama
 sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar
 dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat 
benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli
 lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka 
leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang
 bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang 
vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di 
tengahnya.
Fanny hanya tertegun saat aku berada di 
atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut 
dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil 
menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai 
dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan 
hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus 
ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa 
kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.
“Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan
 gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai 
menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang 
terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan 
topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh 
Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta 
dengan penuh kenikmatan.
VIDEO SELANJUTNYA KLIK : http://cli.re/6B3Ywx
VIDEO SELANJUTNYA KLIK : http://cli.re/6B3Ywx
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku 
terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi 
lembut itu menyusuri bibir vagina. “Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela 
rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan 
gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus 
selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya 
mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.
mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak 
ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum
 terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. 
Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan 
geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny 
menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.
“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, 
serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk 
lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin 
mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya 
beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, 
perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan 
mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya 
berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, 
kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, 
aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin 
cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. 
ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak 
kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik 
darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya
 supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan 
pelajaran tahap awal yang kuberikan. “Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, 
katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar 
menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa 
siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang 
keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa 
disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan 
kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata 
bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya 
seorang perempuan.
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan 
di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk 
yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku 
tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan 
dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium
 pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.
Selamat datang ^ ^
DI : situs judi online terpecara dan terbesar Se Asia
PROMO Besar besaran Hanya buat HARI ini Ayo buruan daftar!!!
klik :  http://cli.re/6B3Ywx
DBSBET : Depo 50rb BONU 50rb 
DOMINOLIVE : Depo 20rb BONUS 20rb 
CEMELIVE :Depo 20rb BONUS 20rb  
GALAXYDOMINO :Depo 20rb BONUS 20rb  
JOIN KLIK :http://bit.ly/2HXhPyw & http://bit.ly/2I0WaS4
                     :http://bit.ly/2roNzl6 & http://bit.ly/2I2sd3Y
Ayo Buruan daftar Sebelum Habis!!!!
Salam Hoki Ya bosku ^ ^
PROMO Besar besaran Hanya buat HARI ini Ayo buruan daftar!!!
klik : http://cli.re/6B3Ywx
DBSBET : Depo 50rb BONU 50rb
DOMINOLIVE : Depo 20rb BONUS 20rb
CEMELIVE :Depo 20rb BONUS 20rb
GALAXYDOMINO :Depo 20rb BONUS 20rb
JOIN KLIK :http://bit.ly/2HXhPyw & http://bit.ly/2I0WaS4
:http://bit.ly/2roNzl6 & http://bit.ly/2I2sd3Y
Ayo Buruan daftar Sebelum Habis!!!!
Salam Hoki Ya bosku ^ ^
 









 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
0 komentar:
Posting Komentar