VIDEO SEX Bersetubuh Dengan Ibu Mertua
Menjelang kelahiran anak pertama saya, ayah mertua meninggal. Keluarga besar istri saya sangat terpukul. Terutama ibu mertua dan Rosi. Kedua perempuan ini memang yang paling dekat dengan almarhum. Rumah ini terasa murung berhari-hari lamanya. Tetapi segalanya berangsur pulih setelah selamatan 40 hari dilaksanakan. Semuanya sudah bisa menerima kenyataan, bahwa semua pada akhirnya harus kembali. Apalagi semenjak anak saya lahir, tiga bulan setelah kematian almarhum.
Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi pusat pelampiaskan kasih sayang. Saya juga semakin mencintai istri saya. Tapi dalam urusan tempat tidur tidak ada yang berubah. Seringkali saya tergoda untuk mencari pelampiasan dengan wanita PSK terutama jika teman-teman sekantor mengajak. Namun saya tak pernah bisa. Sekali waktu saya diajak kawan ke sebuah salon esek-esek. Saya pikir tidak ada salahnya untuk sekedar tahu. Salon itu terletak di sebuah kompleks pasar. Kapsternya sekitar 15 orang. Masih muda-muda, cantik, dan seksi dengan celana pendek dan tank top di tubuhnya. Para pengunjung seluruhnya laki-laki, walaupun di papan nama tertulis salon itu melayani pria dan wanita.
Di salon itu para pria minta layanan lulur, dan konon, di dalam ruang lulur itulah percintaan dilakukan. Sungguh aneh, saya tidak birahi. Benak saya dipenuhi pikiran bahwa perempuan-perempuan itu telah dirajam oleh puluhan penis laki-laki. Mungkin ketika seorang pria menyetubuhinya, saat itu masih ada sisa-sisa sperma milik pria-pria lain. Inilah yang membuat saya tak pernah bisa menerima diri saya bersetubuh dengan perempuan PSK. Jadi bukan alasan moral. Saya lebih suka onani sambil membayangkan perempuan-perempuan lain.
Ketika anak saya berumur tiga bulan, istri saya sudah mulai masuk kerja dan kegiatan luar kota tetap dijalankan seperti biasa. Dia sudah dipromosikan dalam jabatan supervisor. Istri saya tampak senang dengan jabatan barunya, dan makin giat bekerja.
KLIK VIDEO SELANJUTNYA : VIDEO SEX Bersama Adik Dan Mamaku
DOWNLOAD NOW
Tioap
kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang
atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja
tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya
sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau
masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Ibu mertua saya
yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika
ibu yang menyuapi.
Jika
siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap
wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya
susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau
tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya
sulit bangun.
Siang
itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu
rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena
radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.
Ketika
ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa
tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa
tidur sama Ibu?”
Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.
“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.
“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.
“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”
Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.
“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”
Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.
Setelah
Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar
sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi
rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.
“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.
“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”
Dengan
badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang
saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan
dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang
pernah sih dikerik ibu mertua. Tapi itu karena setelah ibu melihat saya
dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau
mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu
berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia
dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada
cara-cara penyembuhan tradisional.
Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.
Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.
“Mau ibu kerik?”
“Mm terserah ibu saja,” kata saya.
Dalam
hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi
(baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.
“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.
“Setrika baju, Bu”
“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.
“Lepaskan bajunya,” kata ibu.
Saya melepas baju dan celana panjang
saya.
Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu
tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya.
Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada
penyumbatan aliran darah. Entahlah.
“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.
Ibu
mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya.
Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat
utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini
sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain
sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat.
Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan.
Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi
kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik. Saya
berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum
melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa
geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan
geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.
KLIK VIDEO SELANJUTNYA : VIDEO SEX Bersama Adik Dan Mamaku
DOWNLOAD NOW
Tioap kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Ibu mertua saya yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika ibu yang menyuapi.
Jika siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya sulit bangun.
Siang
itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu
rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena
radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.
Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”
Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.
“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.
“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.
“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”
Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.
“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”
Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.
Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”
Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.
“Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.
“Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.
“Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”
Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.
“Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”
Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.
Setelah
Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar
sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi
rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.
“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.
“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”
Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.
“Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.
“Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”
Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.
Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.
Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.
“Mau ibu kerik?”
“Mm terserah ibu saja,” kata saya.
Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.
“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.
“Setrika baju, Bu”
“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.
“Lepaskan bajunya,” kata ibu.
Saya melepas baju dan celana panjang
saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.
“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.
Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat. Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik. Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.
Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.
“Mau ibu kerik?”
“Mm terserah ibu saja,” kata saya.
Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.
“Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.
“Setrika baju, Bu”
“Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.
“Lepaskan bajunya,” kata ibu.
Saya melepas baju dan celana panjang
saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.
“Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.
Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat. Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik. Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.
normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px 0px 17px; text-align: center; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">
Tiba-tiba
badan saya tergelinjang. Refleks saya mencengkeram lengan ibu. Rupanya
ibu mulai mengerik bagian perut. Ini yang membuat saya geli. Bahkan
sangat geli. Bulu kuduk saya ikut berdiri. Ibu terus mengerik perut
saya, dan saya terus mencengkeram lengan ibu. Sesekali saya mengangkat
bagian perut dan pinggul saya hingga menyentuh tubuh ibu.
Gesekan-gesekan itu ternyata mnimbulkan rangsangan pada penis saya.
Sedikit demi sedikit penis saya mengembang. Tegang. Gila. Nafsu saya
juga muncul perlahan-lahan. Saya bahkan dengan sengaja menempelkan
bagian penis saya ke pinggang ibu. Sedikit menekannya dengan
berpura-pura geli oleh kerikannya. Padahal tidak. Saya sudah mulai
beradap tasi lagi. Tangan saya masih mencengkeram lengan ibu.
Jantung
saya berdebar-debar ketika ibu menurunkan sarung. Di hadapannya tubuh
bawah saya terbungkus CD dengan isi yang menegang dengan sempurna.
Maksimal. Sesekali saya lihat ibu melirik ke arah penis saya.
Diturunkannya bagian atas CD saya. Hanya sedikit. Ahh padahal saya
berharap seluruhnya ditanggalkan. Saya rasakan ujung penis saya
tersembul keluar. Mustahil ibu tak meihatnya. Saya tatap wajahnya.
Wajahnya tak menampakkan reaksi apa-apa. Mungkinkah perempuan ini sudah
tawar terhadap seks? Ataukah dia menganggap saya tak lebih dari anaknya
sendiri? Apakah dia pernah melihat penis lain selain milik suaminya?
Kerikan
di bagian bawah perut menimbulkan sensasi yang luar biasa. Sesekali
secara tak sengaja tangan ibu menyentuh ujung penis saya. Seperti
dikocok dengan lembut. Saya telah benar-benar terangsang. Birahi saya
membakar kepala saya. Saya beranikan diri mengelus lengan ibu.
“Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.
Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.
“Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.
“Iya,” suara ibu bergetar.
Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.
“Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.
Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.
“Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.
“Iya,” suara ibu bergetar.
Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.
Saya
pegang tangan ibu, saya bimbing dengan pelan dan cemas menuju penis
saya. Saya taruh tangan itu di sana. Tak ada reaksi. Tangan itu hanya
diam. Saya berusaha menggerak-gerakan penis saya. Sekali waktu saya
sentakkan.
“Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.
Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya. Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung. Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur. Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?
“Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.
Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya. Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung. Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur. Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?
Memek
itu dibalut rambut yang amat lebat. Sepintas tak ada bedanya dengan
milik istri saya. Sama-sama kenyalnya. Perbedaan baru saya ketahu
setelah penis saya menyentuh lubang vaginanya. Terasa kendurnya. Tetapi
gerakan-gerakan yang dilakukan ibu memberikan efek yang fantastis bagi
saya. Saya belum pernah merasakan yang seperti itu. Istri saya seperti
telah saya ceritakan, tidak enjoy dengan seks. Tampaknya seks adalah
bagian dari kewajiban rumah tangga, sehingga persetubuhan kami pun lebih
mirip formalitas. Orgasme yang dia dapatkan tampakya tak pernah
mengubah sikapnya terhadap seks.
Kini
di bawah saya, ibu mertua seperti mengajarkan kepada saya, bagaimana
seorang perempuan sejati di atas ranjang. Penis saya seperti
diputar-putar, diremas-remas oleh memeknya. Luar biasa. Saya lebih
banyak diam. Hanya bibir dan tangan saya yang bergerak ke sana-kemari,
sedangkan bagian pinggul hanya diam menerima semua perlakukan ibu.
Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus. Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.
Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus. Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.
Peristiwa
itu membuat hubungan saya dengan ibu menjadi kaku. Ibu berusaha
menghindari berdua dengan saya. Beliau juga hanya bicara seperlunya.
Tampaknya beliau amat terpukul atau malu. Saya sendiri berusaha bersikap
wajar. Apa yang telah terjadi antara saya dengan Mbak Maya dan Rosi
telah mengajarkan saya bagaimana bersikap wajar setelah terjadinya
skandal. Beda dengan ibu dan Mbak Maya yang berubah drastis. Mereka
cenderung murung.
Selamat datang ^ ^
DI : situs agen judi online terpecara dan terbesar Se Asia
PROMO Besar besaran Hanya buat Piala Dunia Ayo buruan daftar!!!
Jangan Sampai Kehabisan ^ ^
DBSBET : Depo 50rb BONU 50rb klik : http://bit.ly/dbs889
DOMINOLIVE : Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/dl888
CEMELIVE :Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/cl898
GALAXYDOMINO :Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/gd889
Ayo Buruan daftar Sebelum Habis!!!!
Salam Hoki Ya bosku ^ ^
Nb : penulis tidak menganjurkan untuk berjudi hanya sebagai bahan referensi
Selamat datang ^ ^
DI : situs agen judi online terpecara dan terbesar Se Asia
PROMO Besar besaran Hanya buat Piala Dunia Ayo buruan daftar!!!
Jangan Sampai Kehabisan ^ ^
DBSBET : Depo 50rb BONU 50rb klik : http://bit.ly/dbs889
DOMINOLIVE : Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/dl888
CEMELIVE :Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/cl898
GALAXYDOMINO :Depo 20rb BONUS 20rb klik : http://bit.ly/gd889
Ayo Buruan daftar Sebelum Habis!!!!
Ayo Buruan daftar Sebelum Habis!!!!
Salam Hoki Ya bosku ^ ^
Salam Hoki Ya bosku ^ ^
0 komentar:
Posting Komentar