Gubernur Jatim: Penolakan Pemakaman adalah Hukuman Sosial untuk Teroris
 Soekarwo Gubernur Jawa Timur didampingi Irjen Pol Machfud Arifin 
Kapolda Jatim dan Mayjend TNI Arif Rahman Pangdam V Brawijaya 
mengunjungi beberapa gereja di Surabaya
Soekarwo Gubernur Jawa Timur didampingi Irjen Pol Machfud Arifin 
Kapolda Jatim dan Mayjend TNI Arif Rahman Pangdam V Brawijaya 
mengunjungi beberapa gereja di SurabayaBerita Sekitar DBSBET :
Masyarakat menolak jenazah teroris dimakamkan di wilayahnya. Gubernur Jawa Timur Soekarwo menilai penolakan pemakaman para pelaku teror itu adalah bentuk hukuman sosial dari masyarakat.
"Saat ini, masyarakat telah memberikan hukuman atau sanksi sosial, 
seperti reaksi tidak boleh dimakamkan di daerahnya," ujar Soekarwo di 
Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Minggu (20/5/2018).
Menurut dia, reaksi tersebut menunjukkan keyakinan masyarakat akan 
pentingnya hidup berdampingan secara pluralisme dengan damai. Ini juga 
tanda masyarakat sepakat kekerasan tidak menyelesaikan masalah.
Selain itu, kata dia, masyarakat telah mengetahui terorisme bukan perintah agama, karena tidak ada agama manapun yang membenarkannya.
"Sangat tidak dibenarkan ajaran radikalisme dan semua agama menolak 
kekerasan, apalagi sampai melakukan pembunuhan seperti itu," ucap Pakde 
Karwo, sapaan akrabnya seperti dilansir Antara.
Kendati demikian, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut mengakui
 sudah tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk selanjutnya mencarikan 
makam bagi para teroris.
3 Jenazah Belum Dimakamkan
Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin mengaku, sudah 10 jenazah dari 13 
jenazah teroris yang meninggal dunia saat insiden bom di Surabaya dan 
Sidoarjo, serta terlibat baku tembak dengan Densus 88 Polri.
Tiga jenazah di antaranya telah dimakamkan di Sidoarjo, yakni berasal
 dari Rusunawa Wonocolo masing-masing atas nama Anton Ferdiyanto (46), 
Hilia Aulia Rahman (18) dan Sari Puspitarini (47).
Sedangkan, tujuh jenazah lainnya oleh Kapolda Jatim masih belum disampaikan identitas, termasuk lokasi pemakamannya.
"Hanya tinggal tiga jenazah yang belum karena masih menunggu hasil 
DNA. Tapi untuk yang lainnya sudah 'klir' dan dimakamkan," kata Kapolda 
Jatim.
Sebelumnya, lima insiden ledakan terjadi selama dua hari di Jawa 
Timur. Tiga ledakan terjadi pada Minggu 13 Mei 2018. Bom bunuh diri 
meledak di tiga gereja, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di 
wilayah Ngagel, GKI Wonokromo Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di
 Jalan Raya Arjuno.
Kemudian, malamnya, sekitar pukul 20.00 WIB bom meledak di Rusunawa 
Blok B lantai 5 Kelurahan Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo. Sebuah bom bunuh
 diri juga meledak pada Senin 14 Mei pukul 08.50 WIB di pintu masuk 
Mapolrestabes Surabaya.
 





 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
0 komentar:
Posting Komentar