Ini Kelemahan Program Deradikalisasi BNPT Menurut Eks Napi Terorisme
Menristek Dikti M Nasir memberi pandangan dalam silaturahmi mantan
napi dengan korban terorisme yang digelar BNPT di Jakarta, Rabu (28/2).
Acara bertema 'Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Satukan NKRI)'.
Berita Sekitar DBS :
Eks narapidana teroris, Yudi Zulfachri mengungkap kendala dari program deradikalisasi yang dimiliki Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Yudi
menilai maraknya terorisme di Indonesia karena program deradikalisasi
tidak menyentuh ideologi objeknya.Menurut dia, para teroris biasanya akan menanamkan paham-paham radikal kepada target sehingga bersedia melakukan aksi teror.
Ini yang saya alami sendiri, bagaimana saya lulusan STPDN, telah
ditanamkan ideologi nasionalisme, kebangsaan 4 tahun. Tapi akhirnya
keluar dari PNS dan masuk kelompok teroris. Kenapa? Karena ada ideologi
lain yang masuk," kata Yudi di Resto Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu
(19/5/2018).
Yudi menuturkan, program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah hanya sampai mengubah perilaku radikal tetapi
tidak menghilangkan ideologi radikal yang sudah tertanam pada seorang
teroris.
"Saya salah satu objek deradikalisasi. Teori deradikalisasi ini
adalah untuk memodernisasi paham radikal, tapi praktiknya itu lebih
banyak dengan bantuan wirausaha dan lain-lain. Ideologi tidak pernah
disentuh," ujar Yudi.
Lebih lanjut, Yudi menyebut pemerintah harus melibatkan ormas-ormas Islam untuk membantu menjalankan program deradikalisasi kepada para teroris. Sebab, seorang teroris biasanya mendengarkan pemuka agama.
"Tidak bisa BNPT datang, memodernisasi, pasti ditolak. Saya waktu itu
yang memodernisasi pemahaman saya ustaz Al Imron. Keterlibatan ormas
Islam itu sangat diperlukan," tandas Yudi.
Klarifikasi Kepala BNPT
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Suhardi Alius menepis anggapan program deradikalisasi gagal. Suhardi
menjelaskan, kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) dan Jamaah Anshorut
Tauhid (JAT) yang diduga menjadi pihak yang bertanggung jawab atas
seluruh teror pada akhir-akhir ini, memang belum tersentuh program
deradikalisasi BNPT.
Program deradikalidasi BNPT tengah menjadi sorotan pascarentetan bom
bunuh diri dan aksi teror di sejumlah lokasi di Indonesia, mulai dari
Mako Brimob, tiga gereja di Surabaya, Sidoarjo, sampai Mapolda Riau.
Program deradikalisasi, kata Suhardi, ditujukan kepada napi terorisme
atau orang yang pernah pergi ke negara konflik untuk menjadi teroris.
"Jadi jangan dipikir JAD-JAT itu, oh ini deradikalisasi gagal. Dari
mana gagalnya, mereka (JAD-JAT) bukan narapidana teroris. Jadi jangan
sampai salah penafsiran ya. Itu yang perlu saya klarifikasi sedikit,"
kata Suhardi di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, K
0 komentar:
Posting Komentar